Wednesday, December 31, 2014

Sang Penutup 2014



Stasiun Senen, 15 Februari 2014

            Amanda melihat dengan seksama jadwal pemberangkatan kereta api yang terpampang di hadapannya, mencari dengan teliti jadwal keberangkatan kereta api yang akan membawanya ke kota kelahirannya, Yogyakarta. Pukul 21.00 WIB keberangkatan kereta api senja utama, sedangkan di jam tangannya masih menunjukkan pukul 19.15 WIB yang akhirnya diputuskannya untuk mencari makan malam terlebih dahulu, agar dia bisa menghentikan para pendemo yang sedang berteriak didalam perutnya.
           
            Kakinya menyusuri jalanan keluar agar dia bisa mencari makan terlebih dahulu, matanya yang fokus melihat kedepan membuatnya tidak menyadari sekelilingnya hingga akhirnya dia menabrak seseorang.

“awww” teriak seseorang yang di tabraknya.

Amanda yang menyeadarinya buru-buru meminta maaf pada orang tersebut “maaf ya mas, saya ga sengaja” sambil menunjukkan rasa bersalahnya dan langsung melanjutkan perjalannya, hingga sebuah rumah makan yang menyediakan bebek bakarlah yang menjadi pilihannya.


            Amanda lama berdiam di tempat makan tersebut hingga jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 20.35 WIB, setelah menyelesaikan pembayarannya dia segera bergerak masuk ke dalam stasiun menuju rangkaian panjang yang akan membawanya pergi. Sebuah kereta api tersebut sudah menunggu manis para penumpangnya untuk naik di peron tempatnya. Hingga Amanda memasuki gerbongnya.

“gerbong delapan nomor 9 B, okay”gumannya dalam hati.

“permisi mas, ini 9Bkan? Bisa saya duduk?”ucap Amanda sopan pada seseorang laki-laki yang sudah menempati tempat duduknya tersebut.

Laki-laki itu menoleh ke arah datangnya suara “oh iya silahkan mba”

“lho mas......” Amanda menggantungkan kalimatnya tanpa menyelesaikan “maaf ya mas sekali lagi”

“udah gapapa mba, saya tau mba ga sengaja”

Amanda pun duduk ditempatnya dan mengelurkan tangannya untuk berkenalan “Amanda Bilqish Tanayaa, biasa dipanggil Manda aja heheh” ucapnya sambil tertawa kecil untuk mencairkan suasana

Laki-laki tersebut menyambut uluran tangan Amanda “Ridho Ramadhan” panggil saja gua Ridho. Lo kuliah?”

“iya masih kuliah ko, lu sendiri juga kuliah?

“iyalah makanya gua balik, kalo enggak mah gua juga masih mau di Serang” jawabnya enteng

“lo orang Serang?” Amanda sedikit membelalakan matanya

“iya, kenapa sama Serang, lu kuliah disana?”

“iya hehehe” jawab mandanya sambil mengeluarkan senyum lebarnya.

Percakapan-percakapan kecil diantara dua anak manusia yang di pertemukan secara tidak sengaja dengan sebuah takdir membuat perjalanan keduanya terasa lebih cepat, percakapan malu-malu yang akhirnya membawa mereka ke percakapan yang membuat mereka seolah adalah dua orang teman lama yang sudah tidak saling berjumpa.

***

Sinar lembut mentari menelusup diantara dinginnya pendingin ruangan. Mata Amanda seolah masih sangat berat untuk terbuka, disebelahnya  Ridho masih tertidur dengan pulasnya. Wajahnya yang polos membuat tangan Amanda berniat untuk menyentuh wajahnya, namun akhirnya dia urungkan karena mendadak mata yang tertutup itu terbuka.

“ini udah sampai mana Nda?” Ucapnya dengan suara yang serak khas orang yang baru terbangun dari tidurnya.

“Masih di Wates ko, bentar lagi sampai Do” jawab Amanda

“oiya dari semalem kita ngobrol gua boleh ga minta pin bb lu? Or nomor hp juga boleh, tenang ga bakalan diisengin ko” ucap Ridho langsung

“hmmm yaudahlah boleh ko, barcode aja ya. Gua ga apal sama pin sendiri soalnya, nomornya juga ambil sendiri aja di kontak namanya nomor gua” ucapnya sambil menyodorkan handphonenya.

Ridho dengan cekalatan langsung memindai barcode yang diberikan dan segera mencatat nomor hpnya. “oke makasih ya Nda”

“iya sama-sama”

Hingga kereta itu sampai di tujuan akhirnya di Stasiun Tugu, baik Amanda maupun Ridho telah berpisah jalan karena. Amanda akhirnya dijemput oleh pamannya sedangkan Ridho dijemput oleh temannnya. Ada sesuatu yang menarik di dalam diri Ridho menurutnya, namun dia sendiri masih belum mampu mendefinisikan sesuatu apakah itu, dan hal yang sama juga dirasakan Ridho terhadap Amanda.

            Amanda merebahkan dirinya dikamar pribadinya yang telah disiapkan oleh eyangnya karena Amnda selalu rajin setiap sebulan sekali untuk menyempatkan dirinya berkunjung ke ruang sang nenek. Maklum sebagai cucu kesayangan dan sebagai alasan karena impiannya tidak terwujud untuk bisa kuliah di kota kelahirannya tersebut.

“dreeetttt dreeettttt dreeeetttt” handphone Amda bergetar lama menandakan ada seseorang yang menelponnya. Sebuah nomor tak dikenal tertulis jelas dilayarnya..

“halo”

“Amanda? Ini gua Ridho. Bbm lo ga aktif ya?”

Anda menepuk jidatnya, hari ini adalah masa aktif paket internetnya berakhir dan dia belum sama sekali melakukakn pengisian ulang “iya sorry yaa gua lupa ngisi paket soalnya. Ada apa ya?” tanyanya kembali

“hmmm besok ada acara ga? Gua jemput ya” ucap Ridho yang berada diujung sana

“ga ada si Do, hmmm boleh deh” ucapnya cepat

“oke, nanti smsin alamt rumah nenek lu ya, biar gua gampang buat jemputnya”

‘sipp, see you tomorrow” Amanda mematikan hpnya dan segera memberikan alamat rumah neneknya pada Ridho.

***

            Siapa yang bisa tau tentang takdir? Kebetulan? Atau apapun itu. Semua seolah sudah menjadi skenario yang dirancang Tuhan untuk umatnya. Amanda masih berdiri memandang dirinya sendiri melalui pantulan cermin didepannya. Bagaimana mungkin dia mau diajak jalan oleh seseorang yang baru dikenalnya kemarin sore. Dengan latar belakang Amanda bukanlah orang yang mudah diajak pergi oleh seseorang yan baru dikenalnya.

“Amandaaa ini ada teman kamu yang nyariin nih” Teriak eyang uti dari luar kamarnya.

“iya eyang, suruh tunggu sebentar” jawab Amanda sambil melirik sekilas pantulan tubuhnya, dan menarik helm yang ada di tempat tidurnya. Lalu dia bergegas keluar untuk menemui orang yang menjemputnya. “sorry ya lama”

“ahh iya gapapa kali selow” ucap Ridho membalas ucapan Amanda. “eyang ehh saya pergi dulu ya sama Manda.” Ucapnya lagi sambil berpamitan.

“oh iya mas, Mandanya tolong dijagain ya”

Setalah berpamitan tersebut Amanda segera menaiki motor tersebut.

“lo gapapa kan naik motor?” tanya Ridho saat Amanda sudah duduk dibelakangnya.

“yaealah kalem aja sih, ini kita mau kemana?”

Ridho tidak menjawab pertanyaan Amanda, namun dia langsung memacu motor ninjanya kencang seolah melibas angin dan debu yang menghalangi jalannya. Amanda tau dia akan diberikan kejutan namun dia memilih diam saja. Membiarkan yang memberikan kejutan menyelesaikan rencananya.
           
            Motor tersebut terus melaju ke arah Gunung Kidul, dalam benak Amanda dia pasti akan dibawa kesalah satu pantai yang terletak disana, namun tiba-tiba motor itu berhenti dan Ridho memberikan sapu tangannya pada Amanda untuk dipakai menutup matanya. Bagai kerbau yang dicocok hidungnya Amanda menuruti permintaannya dan memakai sapu tangan tersebut untuk menutup matanya.

            Dalam kegelapan tersebut Amanda hanya merasakan tubuhnya berbelok-belok mnegikuti arah belokan kendaraan yang dia tunggangi. Hingga akhirnya motor tersebut berhenti total dan Amanda dituntun untuk turun dan mengikuti arah tuntunan dari Ridho.

“Manda duduk deh, terus buka mata kamu pelan-pelan ya” ucap Ridho tepat didepan wajah Amanda

Tangan Amanda menarik perlakan penutup matanya dan membuka pelan matanya hingga didepannya yerhampar lautan kilau lampu jalanan seolah bintang di daratan.

“kamu suka tempat ini?” ucap Ridho tepat disampingnya

“suka banget aku suka ngeliat sesuatu dari tempat yang tinggi, karena dari tempat ini semuanya mampu terlukis dengan jelas”

“Dengan jelas? Bukannya semuanya jadi terlihat kecil?”

“Memang kecil tapi jarak pandang kita menjadi luas Ridho” ucap Amanda lagi.

“syukur deh kalo kamu suka, oiya ada satu lagi nih, semoga kamu suka ya”

“Apa?” Tanya Amanda penasaran

“coba aja liat disamping kanan kamu”

Amanda menolehkan kepalanya ke samping kanannya dan sebuket mawar putih sudah tergolek disampingnya.  Tangan Amanda meraihnya untuk menggambi; “ini buat aku? Eh tapi kenapa ada warna pink di tengah-tengahnya Do?” Tanyanya heran.

“Karena itu pembeda, aku ga mau bilang ini modus atau apa ya, tapi pas kita ngobrol di kereta itu aku ngerasa kamu itu beda dari yang lain Nda.”

“Trus?”

“ya aku ngasih itu soalnya aku pengen kamu tau kalo kamu itu unik Nda di mata aku, ya semoga kamu suka”

“ga perlu dikasih tau juga aku udah tahu, heheh. Enggak deng bercanda. Tapi makasih lho, tau dari mana aku suka mawar putih?”

“ehhh”Ridho menelan ludahnya sebelum menjawab pertanyaan Amanda “nebak doang sih, hehehe” sambil terkekeh kecil.

Tawa mereka lepas, selepas burung yang bebas terbang diangkasa. Percakapan-percakapan itu mengalir begitu saja, mengalir bersama bulan yang lambat laun makin keatas menggantikan matahari. Tangan-tangan yang awalnya malu, berdekatan saling sentuh hingga akhirnya saling mengengaman. Seolah saling mengisi ruang-ruang kosong antara jari-jari tangan, membentuk kesatuan yang saling melengkapi.

            Malam yang semakin larut membuat mereka memutuskan untuk meninggalkan bukit bintang tersebut. bukit yang menjadi saksi dua hati yang malu-malu dalam perasaannya masing-masing.
***

            Semenjak kejadian itu Amanda dan Ridho semakin sering jalan berdua, menghabiskan waktu berdua sebelum masa waktu Amanda di Jogja habis. Waktu Amanda di Jogja hanyalah satu minggu, namun dihari-hari trakhir Amanda di Jogja, Ridho lebih memilih pergi bersama teman-temannya ke Gunung Prau di Wonosobo.

            Amanda tidak sedikitkan marah karena tidak bisa menghabiskan waktu trakhirnya di Jogja, toh dia bukanlah siapa-siapa yang memiliki hak untuk marah, walaupun kadang rasa nyaman membuat kita lupa kalau kita bukan siapa-siapanya.

            Hingga waktu keberangakatannya untuk kembali pulang, Ridho mengghilang begitu saja. Semua pesan singkat yang dia kirimkan dibalas singkat dan dingin, tak sehangat dulu. Ada sesuatu yang akhirnya berubah entah ada yang salah dibagian mananya namun Ridho yang sekarang Amanda kenal, bukanlah Ridho yang empat hari lalu dia temui di Malioboro  saat mereka jalan berdua untuk terakhir kalinya.

“Bukannya memang setiap kata hai akan selalu bertemu dengan bye.” Amanda tersenyum getir sambil mengguman sendiri “bagimana mungkin bertemu di kereta, jalan dua kali, seikat bunga, dan sebuah boneka, mampu membuat gua kehilangan sosoknya kaya gini?”

“Amanda mikirin apa?” tanya eyangnya lembut saat mereka menunggu jadwal keberangkatan kereta. “Manda masih mikirin cowok yang kemarin ya? Yang tinggi kurus kaya tiang listrik itu?”

“EYANGGG, apaan sih bukan tiang listrik kali” Jawabnya tidak terima Ridho dibilang seperti tiang listrik oleh eyangnya sendiri.

“Manda, wajar kalau dia  pergi ada orang-orang yang hanya nyaman saat kamu ada satu tempat dengan dia. Mungkin cowok itu ga mau jauh dari kamu dan belum siap.” Eyang uti tersebut mengela nafasnya sebelum melanjutkan pembicarannya. “tapi ada juga orang-orang yang sekedar mencari keasikan, mungkin dia asik sama kamu tapi ga bisa berlangsung lama, apa lagi kalian baru kenal, dikereta lagi.”

“tapi kenapa dia harus berubah begitu cepat  eyang, aku belum siap” ungkap Amanda lesu.

“setiap saat itu adalah perubahan Manda, tidak ada yang tetap karena yang tetap itu ya perubahan. Siap atau tidak sia, kamu harus siap. Sekarang kamu anggap saja semua kejadian kamu kemarin sama dia adalah mimpi kamu. Mimpi di alam tidur kamu yang akan hilang saat kamu terbangun. Dan sekarang kamu terbangun karena kareta kamu sudah mau berangkat sayang” ucap Eyang Uti pada Amanda.

“oh iya, yaudah aku pulang dulu ya Eyang. Eyang  jaga kesehatan” pamit Amanda sebelum memasuki kereta.

Hidup itu akan terus berjalan maju, dan takkan pernah berhenti. Dulu di senja ini di bawah langit ibu kota di mesin transportasi panjang ini, Amanda bertemu dengan seseorang yang akhirnya mampu membuatnya dia melupakan seseorang yang terdahulu. Dan sekarang di senja ini juga di mesin yang sama di langit yang berbeda, Amanda telah kehilangan sosok itu.

            Berkali-kali Amanda melihat layar handphonenye berharap nama Ridholah yang yang terpampang disana, namun nihil. Dia seolah telah hilang ditelan bumi. Berkali-kali pula Amanda mencoba membuka percakapan dengannya namun semuanya seolah telah berubah, seolah tidak pernah ada kata saling kenal di dalam kamus mereka. Laju kereta ini yang mulai bergerak meninggalkan kota penuh cinta tersebut, sama dengan Amanda yang akhirnya harus meninggalkan semua kenangan yang baru di lewati beberapa hari yang lalu.

***

Stasiun Senen, 15 Desember 2014

            Sepuluh bulan yang lalu di tempat ini ada sepasang anak manusia yang dipertemukan oleh takdir untuk saling mengenal. Amanda memandang miris tempat ini, pikirannya memutar ulang semua memori yang ada di alam bawah sadarnya. Dia melihat dirinya yang sedang menabrak seorang laki-laki karena tak sengaja. Dan semua bayangan itu menguap begitu saja, karena mendatangin tempat yang pernah terjadi akan suatu peristiwa di hidup kita akan membuat hormon ditubuh kita menarik suatu hal yang kita benci namun kita rindukan yang bernama kenangan.  

            Jadwal keberangkatan kereta kali ini Amanda lebih memilih berangkat pagi agar dia bisa melihat pemandangan selama perjalanan. Mata Amanda berpendar dimana-mana seolah ingin melihat lagi kejadian dirinya di sepulah bulan yang lalu. Hingga matanya menagkap sosok yang selama ini hanya ada di ilusinya, dalam dunia khayalnya tiba-tiba menjelma menjadi sosok nyata yang baru turun dari kereta tersebut. Sosok yang selama sepuluh bulan ini Amanda rindukan, sosok yang selama ini memenuhi setiap coretan pena di belakang bukunya kini ada didepan matanya, berjarak dua peron dari tempatnya berdiri. Dekat namun tak tersentuh. Ada tapi seolah tak nyata.

            Amanda buru-buru menghapus semua pemikirannya barusan, berharap tadi hanyalah pengelihatannya yang salah. Dia segera menaiki keretanya, kereta yang lagi-lagi akan membawanya kembali kota itu, kota yang akan selalu di rindukan.  Mungkin keadaannya sekarang mereka seperti kereta yang berlawanan arah hanya berpapasan saling melihat dan sepersekian detik semuanya kembali kosong seolah tak pernah ada pertemuan seperti beberapa sekian detik yang lalu.

“Amanda” seseorang memanggil namanya tepat disampingnya, setelah dia menduduki tempat duduknya “ini gua Dipo, temennya Ridho yang ketemu lo di Keraton”

“ahh hay ka, mau kemana?” Tanya Amanda

“mau ke restorasi nih mau makan. Mau ikut? Ikut aja yuk”

“hmm boleh deh,” ucap Amanda sambil berdiri dan mengikuti arah ka Dipo.

“Nda, gimana sama Ridho masih kan?”

“masih apa? Jadian juga enggak ka. Lagian abis gua balik lagi ke Jakarta, Ridho berubah ka dia kaya udah ga mau kenal gua”

“yakin lo? Masa sih dia gitu? Lu ga nyoba ngehubungin dia?”

“udah ka, tapi ga pernah di read” Amanda mengusap wajahnya “dan tadi gua liat dia di stasiun ka, dia kayanya balik ke Serang deh”

“iyalah inikan liburan makaya dia balik, sama kek lo. Cuma kalo lo baliknya ke Jogja sih,. Jadi bakalan susah ketemu ya kalo lu sama dia Nda”

“iya kalilah ka, sudahlah skip saja” ucap Amanda sambil mengibaskan tangannya.

Tahun ini Amanda akan merayakan tahun baru di Jogja, maklum orang tuanya yang sibuk membuat Amanda lebih memilih untuk pulang ke Jogaj ke tempat neneknya. Dari pada dia harus sendirian di rumah. Dan tahun ini sepertinya di masih akan sendiri. Di Jogja waktunya seakan bergerak cepat, tiap detiknya bergulir begitu saja hingga akhirnya detik demi detik pergantian tahun tinggal menghitung  jam.

            Tiba-tiba pikiran liar Amanda bergerak hingga dia meminta izin agar diperbolehkan menghabiskan malam pergantian tahun di bukit bintang. Berhubung sepupunya sendiri juga menghabiskan malam tahun baru disana, Amanda merajuk meminta ikut bersama sepupunya dan pacarnya.

***

            Bukit ini masih belum berubah masih sama walaupun sudah lebih ramai dibanding sepuluh bulan yang lalu. Amanda mencari tempat duduk yang dia duduki sebelumnya, ingatannyanya mengingat kembali semua memori alam bawah sadarnya sebelum penutupan tahun. Baginya memngingat kembali memori masa lampau adalah sesuatu yang baik karena  artinya dia telah menutuo buku dan dinyimpannya, sebelum akhirnya dibuka kembali untuk cerita yang baru.

“mbak, aku boleh nanya ga?” tiba-tiba saja Dina sepupunya duduk disampingnya

“nanya apa?”

“pernah ga mbak ngerasain jatuh cinta”

“pernah no, tapi namanya juga jatuh pasti luka jadi pasti sakit dan sekarang aku lagi luka hehehe” Amanda tersenyum dan memandang Dina “kamu kalo  mau pacaran, pacaran aja sana, aku ditinggal sendiri yo ndak papa ko”

“bener ndak papa mba? Yaudah dari pada sendirian to, aku kasih temen aja ya” ucapnya sambil tersenyum licik seolah sedang menyembunyikan sesuatu

“temen?” tanya Amanda sambil memandang heran ke arah sepupunya tersebut.

“hay Amanda Bilqish, salam kenal” ucap suara yang entah asalnya dari mana.

Jantung Amanda terasa berhenti saat itu juga,dia menutup matanya mencoba mengusir jauh-jauh suara yang baru saja di dengarnya.

“Nda, ini gua” ucapnya lagi yang sekarang tepat berada didepannya.

Amanda membuka matanya dan langsung mendapati wajah Ridho persis dehadapannya. “eh kamu, masih inget to ternyata sama aku, kirain udah lupa” jawab Amanda mendadak sinis.

“kamu marah ya sama aku? Maaf ya kemaren-kemaren aku sibuk”

“enteng banget bilangnya sibuk, hilang sepuluh bulan, mendadak kaya orang asing, bbm di read doang, ga pernah ada kabar Cuma bilang sibuk? Kaya abis liburan 2 hari doang”

“Nda, aku minta maaf tapi kamu kudu denger dulu penjelasan aku” ucap Ridho sambil mengenggam tangan Amanda. “dulu abis aku turun gunung aku bingung, aku emang suka sama kamu tapi aku belum siap untuk hubungan LDR lagi, aku cuma pengen sama orang yang deket sama aku, orang yang gaperlu jarak dan ga perlu usaha untuk bisa ketemu”

“dan kamu langsung mutusin kontak gitu aja sama aku? Mau kamu tuh apa sih???” ucap Amanda emosi.

“Awalnya emang gitu Nda, tapi makin kesini, makin kesini aku sadar kalu aku sebenernya nyaman dan sayang sama kamu.mungkin ini aneh tapi perlu kamu tau aku sering banget ke Serang, kekampus Unirta buat diam-diam ngambil foto kamu, atau cuma ngeliat kamu dari kajauhan. Aku belum sanggup kalo harus ngomong langsung sama kamu” ujar Ridho sambil tertunduk.

“kamu tau ga sih Do, sepuluh bulan aku ngegalauin kamu, aku mikir dimana salah aku sampai kamu tahu-tahu menjauh gitu aja, sepuluh bulan aku ngangenin kamu, nelen bulet-bulet rasa kangen aku sendiri, nyoba buat bunuh perasaan aku buat kamu tapi nyatanya....”Amnda membiarkan kalimatnya menggantung.

“Nda bisa ga kita lupain semuanya dan kita mulai dari awal lagi, aku mau kita ngabisin tahun baru barengan. Dan janji jangan pernah ninggalin aku”

“aku ninggalin kamu? Haloooo selama ini yang pergi begitu aja siapa?” ucap Manda sambil menahan air matanya.

“Amanda Bilqish, boleh ga aku sebagai pembuka awal tahun kamu yang baru, pembuka dari sebuah penutup yang akan segera kamu tutup” ucapnya lagi sambil menggerakkan tubuh Amanda agar mau berbalik ke belakang.

Dan belakang Amanda sudah ada beberapa balon yang bertuliskan I LOVE YOU AMANDA yang di tancapkan di tanah, balon tersebut dibiarkan melayang diudara.

“itu belum selesai coba kamu masuk mobil yang ada balon merahnya deh” ucap Ridho lagi.

Amanda tesenyum kecil dan berjalan memasuki mobil yang dimaksud oleh oleh Ridho. Saat di memasuki kursi depan di atas dasbornya tertulis “maukah kamu mengahiskan hari-hari di awal tahun hingga menutupnya dan mebukanya kembali bersama saya?” Amanda memandang perlahan ke arah Ridho yang sekarang ada di disampingnya.

“seharusnya tanpa perlu kamu tanya, kamu udah tahu apa jawabannya”

“tapi akan lebih sempurna kalau kamu yang menjawabnya” Jawab Ridho sambil tersenyum lembut pada Amanda.

Amanda mengeluarkan lipstiknya dari dalam tasnya dan menuliskan “YES, I DO” di kaca mobil tersebut. Ridho memandang dalam Amanda dan tesenyum seolah mereka sedang berbicara dari hati ke hati. Saat hitungan mundur mulai berteriak riuh diluar sana, dua pasang anak manusia sedang malu-malu dan saling mengecup dalam diam diantara bongkahan rasa yang tak mampu digambarkan dan dihitung dalam hitungan yang pasti. Di awal tahun baru ini, diantara lebaran-lembaran lama yang sudah ditutup dan disimpan, lembaran barupun mulai dibuka serta cerita barupun akan bergulir dengan sendirinya.

2 comments:

  1. kisah ayu ya,menarik. tapi kok getar hp-nya dreeetttt dreeettttt dreeeetttt,lucu

    ReplyDelete
  2. Hahaha, ada di beberapa bagian ko. Biar lebih ngena aja ceritanya. Terima kasih sudah meluangkan waktu buat membaca. :)

    ReplyDelete