Rasanya masih hangat di ingatanku,
setiap tawa, senyummu, tatapmu yang meneduhkan, serta sentuhan lembutmu. Rasanya
baru kemarin sore kita menghabiskan waktu bersama bercerita hingga lupa waktu,
merayakan datangnya bintang hingga melepasnya pergi menyambut mentari. Rasanya masih
kemarin kamu mengajakku pergi menemanimu yang sedang suntuk dengan kegiatamu,
rasanya baru kemarin kamu bercerita dengan riangnya bagaimana harimu saat itu,
rasanya baru kemarin kamu masih ada untukku, dan rasanya semua itu masih
terlalu hangat difikiranku saat ini.
Aku fikir kisah kita akan bertahan
selamanya, aku fikir hubungan tanpa status akan lebih awet dibandingkan dengan
status. Aku kira mengagumimu secara diam-diam saja sudah cukup membuatmu tetap
tinggal disisiku. Namun, ternyata aku salah. Saat kamu lebih memilih pergi
bersamanya. Kamu mendadak melupakan aku, melepaskan aku begitu saja bahkan
dengan dalih kamu ingin menjaga perasaannya. Tapi apakah kamu tidak ingin
menjaga perasaanku juga?
Rasanya begitu menyakitkan saat kamu
memilih pergi persamanya dan meninggalakan aku begitu saja, sehebat apa dia
hingga membuatmu memilihnya? Apakah dia mampu mendengarkan setiap kisahmu
sepeti aku? Akah dia mampu menunggumu dengan sabar seperti aku? Apakah dia
mampu memahamimu seperti aku? Apakah dia mampu menggenggamu saat kau terpuruk
seperti aku? Lalu seperti apa dia? Hingga membuatmu berubah menjadi sosok yang
tidak pernah aku kenal. Sosok asing yang seolah datang dari planet antah
berantah.
Tidakkah kamu sadar, saat kamu
memilih pergi aku sedang tertatih, terseok-seok menerima kenyataan bahwa orang
yang aku sayangi lebih memilih orang lain. Namun kamu pergi begitu saja dari
hidupku, tanpa menoleh sedikit pun aku berlalu dari hidupku, seolah kamu tidak
menghiraukan aku yang selama ini menumpukan kebahagianku hanya padamu, menjadikan
kamu matahari sebagai poros rotasiku. Tidak kah kamu menyadari bahwa selama ini
aku memberikan setiap nafasku hanya padamu, tidak pernah sekalipun aku lupa
menyebut namamu dalam setiap sujudku. Meminta kepada Yang Kuasa agar namamulah
yang tertulis dalam garis takdirku. Namun sekarang keadaan memaksaku untuk
melupakanmu, membuangmu dari hidupku, dan mencoba untuk melakukan seperti yang
sama kamu lakukan kepadaku, yaitu pergi begitu saja seolah kebersaman kita
selama beberapa tahun belakangan ini tidak pernah terjadi, namun bagaimana
mungkin aku bisa melupakan sosok sesempurna kamu, sedangkan kamu adalah hal
teristimewa yang memiliki ruang tersendiri di hidupku, sosok yang tidak akan
pernah mungkin bisa tergantikan.
Setelah kepergianmu, aku fikir aku
akan baik-baik saja. Tapi kenyataannya jauh dari kata baik. Hadirmu masih nyata
di alam bawah sadarku, wangimu seolah tidak pernah lepas dari indra
penciumanku. Dan sosokmu seolah nyata di depan mataku. Aku tahu aku yang salah
terlalu menumpukan hidupku padamu, berharap semuanya tidak akan pernah
berakhir. Tapi aku salah, aku tidak pernah sanggup mengakhiri saat semuanya
masih terasa indah, aku tidak sanggup untuk bersiap-siap sebelum semuanya
terjadi, hingga saat itu tiba aku limbung, seolah terhantam tepat di jantungku.
Hari-hariku terasa berbeda semenjak
kamu tiada, tidak ada lagi yang akan aku ucapkan “selamat pagi”, tidak akan
lagi yang bisa ku tanya “apa yang terjadi hari ini?” “ada yang bikin kesel ga?”
“gimana kuliahnya?”. Kata orang cinta itu merelakan, namun kenapa aku masih
terasa sakit setiap kali aku melihatmu tersenyum bahagia bersamanya. Apakah dia
mampu membuatmu bahagia seperti aku? Apakah dia lebih menyayangimu di banding
aku? Semua pertanyaan itu masih setia berputar di kepalaku, memncari
perbandingan dan pembenaran bahwa akulah yang terbaik di bandingnya.
Dadaku masih terasa perih setiap
kali aku mendengar namamu. Luka yang kamu torehkan secara tidak sadar amatlah
dalam. Hingga aku sendiri tidak tahu harus memulai dari mana untuk
menyembuhkannya dan mencari penyembuhnya dimana. Setiap kenangan darimu adalah
keindahan yang menyakitkan. Membuatku sedih dan senang secara besamaan. Namun apakah
aku salah jika masih terus berharap, meminta keajaiban semesta untuk membawamu
kembali. Walaupun mungkin itu hal yang sangat sulit terjadi. Tapi biarlah
urusan mencintaimu dengan tulus adalah urusanku, dan mendoakan yang terbaik
padamu masih terus kulakukan sampai aku menemukan pengganti terbaik dari kamu.
Sampai detik ini, setelah kamu pergi nyatanya
aku
masih merindukanmu….
Selamat
ulang tahun Februari…
Hadirmu
masih nyata dalam samar
No comments:
Post a Comment