Tuesday, February 7, 2017

Setelah Kamu Pergi....

            Rasanya masih hangat di ingatanku, setiap tawa, senyummu, tatapmu yang meneduhkan, serta sentuhan lembutmu. Rasanya baru kemarin sore kita menghabiskan waktu bersama bercerita hingga lupa waktu, merayakan datangnya bintang hingga melepasnya pergi menyambut mentari. Rasanya masih kemarin kamu mengajakku pergi menemanimu yang sedang suntuk dengan kegiatamu, rasanya baru kemarin kamu bercerita dengan riangnya bagaimana harimu saat itu, rasanya baru kemarin kamu masih ada untukku, dan rasanya semua itu masih terlalu hangat difikiranku saat ini.


            Aku fikir kisah kita akan bertahan selamanya, aku fikir hubungan tanpa status akan lebih awet dibandingkan dengan status. Aku kira mengagumimu secara diam-diam saja sudah cukup membuatmu tetap tinggal disisiku. Namun, ternyata aku salah. Saat kamu lebih memilih pergi bersamanya. Kamu mendadak melupakan aku, melepaskan aku begitu saja bahkan dengan dalih kamu ingin menjaga perasaannya. Tapi apakah kamu tidak ingin menjaga perasaanku juga?

            Rasanya begitu menyakitkan saat kamu memilih pergi persamanya dan meninggalakan aku begitu saja, sehebat apa dia hingga membuatmu memilihnya? Apakah dia mampu mendengarkan setiap kisahmu sepeti aku? Akah dia mampu menunggumu dengan sabar seperti aku? Apakah dia mampu memahamimu seperti aku? Apakah dia mampu menggenggamu saat kau terpuruk seperti aku? Lalu seperti apa dia? Hingga membuatmu berubah menjadi sosok yang tidak pernah aku kenal. Sosok asing yang seolah datang dari planet antah berantah.

            Tidakkah kamu sadar, saat kamu memilih pergi aku sedang tertatih, terseok-seok menerima kenyataan bahwa orang yang aku sayangi lebih memilih orang lain. Namun kamu pergi begitu saja dari hidupku, tanpa menoleh sedikit pun aku berlalu dari hidupku, seolah kamu tidak menghiraukan aku yang selama ini menumpukan kebahagianku hanya padamu, menjadikan kamu matahari sebagai poros rotasiku. Tidak kah kamu menyadari bahwa selama ini aku memberikan setiap nafasku hanya padamu, tidak pernah sekalipun aku lupa menyebut namamu dalam setiap sujudku. Meminta kepada Yang Kuasa agar namamulah yang tertulis dalam garis takdirku. Namun sekarang keadaan memaksaku untuk melupakanmu, membuangmu dari hidupku, dan mencoba untuk melakukan seperti yang sama kamu lakukan kepadaku, yaitu pergi begitu saja seolah kebersaman kita selama beberapa tahun belakangan ini tidak pernah terjadi, namun bagaimana mungkin aku bisa melupakan sosok sesempurna kamu, sedangkan kamu adalah hal teristimewa yang memiliki ruang tersendiri di hidupku, sosok yang tidak akan pernah mungkin bisa tergantikan.

            Setelah kepergianmu, aku fikir aku akan baik-baik saja. Tapi kenyataannya jauh dari kata baik. Hadirmu masih nyata di alam bawah sadarku, wangimu seolah tidak pernah lepas dari indra penciumanku. Dan sosokmu seolah nyata di depan mataku. Aku tahu aku yang salah terlalu menumpukan hidupku padamu, berharap semuanya tidak akan pernah berakhir. Tapi aku salah, aku tidak pernah sanggup mengakhiri saat semuanya masih terasa indah, aku tidak sanggup untuk bersiap-siap sebelum semuanya terjadi, hingga saat itu tiba aku limbung, seolah terhantam tepat di jantungku.

            Hari-hariku terasa berbeda semenjak kamu tiada, tidak ada lagi yang akan aku ucapkan “selamat pagi”, tidak akan lagi yang bisa ku tanya “apa yang terjadi hari ini?” “ada yang bikin kesel ga?” “gimana kuliahnya?”. Kata orang cinta itu merelakan, namun kenapa aku masih terasa sakit setiap kali aku melihatmu tersenyum bahagia bersamanya. Apakah dia mampu membuatmu bahagia seperti aku? Apakah dia lebih menyayangimu di banding aku? Semua pertanyaan itu masih setia berputar di kepalaku, memncari perbandingan dan pembenaran bahwa akulah yang terbaik di bandingnya.

            Dadaku masih terasa perih setiap kali aku mendengar namamu. Luka yang kamu torehkan secara tidak sadar amatlah dalam. Hingga aku sendiri tidak tahu harus memulai dari mana untuk menyembuhkannya dan mencari penyembuhnya dimana. Setiap kenangan darimu adalah keindahan yang menyakitkan. Membuatku sedih dan senang secara besamaan. Namun apakah aku salah jika masih terus berharap, meminta keajaiban semesta untuk membawamu kembali. Walaupun mungkin itu hal yang sangat sulit terjadi. Tapi biarlah urusan mencintaimu dengan tulus adalah urusanku, dan mendoakan yang terbaik padamu masih terus kulakukan sampai aku menemukan pengganti terbaik dari kamu.


   Sampai detik ini, setelah kamu pergi nyatanya 
aku masih merindukanmu….


Selamat ulang tahun Februari…

Hadirmu masih nyata dalam samar 

No comments:

Post a Comment